Selasa, 14 Okt 2025
Pariwisata

Parade Bantengan Satu Suro : “Merajut Kembali Kejayaan Tradisi Seni Budaya di Kota Batu”

KOTA BATU | PostJatim.com  – Sambut acara “Grebeg Suro” , ratusan group Seni Bantengan turun ke jalan raya kawasan wisata Songgoriti , Kelurahan Songgokerto, dasambut tuan rumah keluarga Besar Seni Bantengan Empu Supo , Selasa ( 9 /7/ 2024).

Acara ini, yang merupakan bagian dari perayaan Satu Suro, dihadiri oleh bantengan dari berbagai daerah, mulai antara lain dari Bali, Kediri, Jombang,kabupaten Malang hingga Gresik.

Tema yang diusung pada Ngarak Banteng Satu Suro Empu Supo ke-16   tahun 2024 adalah “Mulih Mula Malunira,” yang bermakna mengembalikan marwa atau kehormatan bantengan.

Ketua Dewan Kesenian Batu, Sunarto, dalam sambutannya menegaskan bahwa acara Ngarak Banteng Empu Supo ini merupakan agenda tahunan yang selalu dinantikan. Diselenggarakan setiap bulan Suro, acara ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga bentuk reunian antar bantengan dari berbagai daerah.

” ngarak banteng ini sekaligus reunian antar banteng se Nusantara, yanh diselenggarakan banten mpu supo, acara seperti selalu bergilir dan kita selalu hadir untuk menyemarakkan sekaligus uri- uri budaya ” ungkap Narto.

Dalam grebek suro kali ini, sekitar 100 kelompok bantengan hadir, menambah semarak perayaan yang dipusatkan di halaman Candi Songgoriti, sebuah situs peninggalan Mpu Supo.

Acara ini juga membawa dampak signifikan terhadap lalu lintas di daerah sekitar. Jalan menuju Pujon melalui area Payung mengalami kemacetan total.

Hal ini diperparah dengan bertepatan dengan kedatangan peserta sekolah Pemimpin PKB se-Jawa Timur yang menuju Coban Rondo Pujon. Meski demikian, antusiasme masyarakat dan peserta tetap tinggi, menunjukkan betapa pentingnya acara ini dalam kalender budaya kota Batu.

Prosesi Ngarak Bantengan dimulai dengan ritual bakar dupa dan doa oleh para sesepuh, memohon kelancaran dan keselamatan selama acara berlangsung.

Setelah itu, pertunjukan pencak silat mengawali rangkaian acara. Pencak silat, sebagai olahraga bela diri yang menjadi cikal bakal bantengan, menunjukkan keterkaitannya yang erat dalam setiap pertunjukan bantengan.

Tak hanya penampilan perorangan, tetapi juga pertunjukan pencak silat pasangan yang menarik perhatian.

Menariknya, generasi milenial, terutama dari kaum perempuan, turut berpartisipasi dalam pertunjukan ini. Tiga Srikandi pencak silat bantengan, yaitu Sari, Defi, dan Ruben, menampilkan kemampuan mereka dengan memanfaatkan senjata tajam seperti pisau dan kipas dalam laga segitiga.

Hal ini menunjukkan bahwa bantengan bukan hanya sekadar tradisi lama, tetapi juga terus berkembang dan menarik minat generasi muda.

” regenerasi pesilat mengiringi perkembangan semakin berkembangnya kesenian bantengan di kota Batu ” ujar Panaji guru pencak silat dari Perguruan Putra Supo Songgoriti.

Perayaan grebek suro kali ini melibatkan bantengan dari berbagai daerah serta utusan dari 24 desa/kelurahan yang ada di Kota Batu.

Rute ngarak bantengan mengelilingi kawasan Songgoriti dan kembali masuk melalui jalan raya Arumdalu.

Dengan partisipasi yang begitu luas, acara ini tak hanya menjadi ajang pertemuan dan hiburan, tetapi juga sarana penting untuk melestarikan dan mengembangkan budaya bantengan yang merupakan bagian integral dari identitas Kota Batu.

Melalui grebek suro dan ngarak bantengan, Kota Batu menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya. Ini juga menjadi kesempatan untuk memperkenalkan kekayaan budaya kepada generasi muda dan masyarakat luas, memastikan bahwa tradisi ini terus hidup dan berkembang di masa depan.

Dalam setiap langkah dan hentakan, bantengan membawa pesan penting tentang kebersamaan, identitas budaya, dan semangat untuk menjaga warisan leluhur.( Ries/Bs).



Baca Juga